Jumat, 15 Februari 2013

TAKUT MANA? KORUPSI APA KOMUNIS?



Orang takut dengan ideologi komunis yang kejam. Tapi tidak takut dengan ideologi korupsi yang lebih kejam, dan sudah menjadi sebuah isme, selanjutnya saya sebut “korupsi/isme”, ini sebuah kecelakaan cara pandang, dan ketakutan moral yang kesasar. Fakta bahwa ideologi korupsi/isme tidak ditakuti di negeri ini, sebab sudah banyak penganut faham korupsi/isme, jika menilik kasus di KPK saja, ada kasus “cicak buaya”, ada “sapi”, korupsi/isme itu, dan sangat digemari di negeri ini, oleh individu tertentu, kelompok atau parpol atau birokrat, meledak-nya dan melepem-nya kasus “The gayus, kan?”, “The Century kan?”, dan celakanya para penganut faham korupsi/isme itu lahir dan ada dari parpol, yang seharusnya bersih, dinamis dan cantik.
Ditilik dan menilik, dari era reformasi saja, parpol sudah gagal memberi pelajaran politik pada masyarakat yang membentuknya dan rakyat sebagai pemilik demokrasi khususnya. Pemilu 2014, tidak akan bisa menembus rakyat dengan iklan murahan yang-ber-isi, janji-janji, sekarang ini rakyat di sektor bebas parpol dan organisasi, secara-geto-loh, rakyat yang independen tak bisa di dikte, meski oleh kaum preman sekalipun, atau dengan bergaya preman. Rakyat non parpol atau non organisasi, sudah punya kesadaran ber-demokrasi dengan baik, dan benar, dengan catatan, di luar pertikaian etnis yang di picu “sara”, yang marak terjadi di daerah-daerah, atau akibat kaidah dan akidah kepercayaan tertentu.
Oleh karena itu pesan saya kepada sesama rakyat. Hati-hati provokasi, dengan bentuk seribu wajah. Jangan mau dipengaruhi, oleh dan dengan cara apapun, jagalah lingkungan anda dengan baik. Jangan takut dengan gertakan apapun. Rakyat lebih banyak dibanding provokator. Cegah-tangkal dan katakan “tidak”, dengan kompak demi Indonesia.
Mari teman-teman sesama rakyat, dan kompasiana, kita sadari dengan cara sederhana. Bahwa korupsi/isme itu, lebih kejam dari faham komunis yang kejam. Korupsi/isme, merampas masa depan generasi, lewat anggaran negara, yang anda kumpulkan dari putaran ekonomi rakyat, dalam suatu sistem perdagangan tradisional harian, sampai ditingkat pedagang kaki lima. Anda-lah yang menghidupi ekonomi rakyat dan Indonesia.
Korupsi! Premanisme Politik? Lawan!

Sumber : KOMPAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar