Pembelaan
Nyono dimuka Mahmilub pada tanggal 19 Februari
1966.
Di
publikasikan pada situs Indo-Marxis, situs kaum Marxis
Indonesia, 16 Februari
2002.
Dalam
amanat Presiden Sukarno dihadapan wakil-wakil partai politik di
Guesthouse Istana, Jakarta, tanggal 27 Okt 1965, ditegaskan bahwa
kejadian September bukan sekedar kejadian 30 September, tetapi
adalah suatu kejadian didalam Revolusi kita.
Saya
sudah kemukakan bahwa prolog daripada G30S adalah adanya rencana
kudeta dewan jenderal. Dalam bahasa
sehari-hari, gara-gara ada Dewan Jenderal maka ada Dewan Revolusi.
Saya telah kemukakan bahwa prakteknya Dewan Jenderal merupakan
golongan politik tersendiri. Disini perlu saya tegaskan, karena
tidak semua Jenderal masuk dalam Dewan Jenderal, maka Dewan Jenderal
adalah golongan politik tersendiri dari Jenderal-Jenderal tertentu
yang menjalankan politik Nasakom-phobi, khususnya Komunisto-phobi,
hal mana adalah bertentangan dengan politik Presiden
Sukarno.
Kegiatan anti komunis
tersebut adalah langsung bertentangan dengan politik Presi-den yang
justeru kurang lebih dua minggu sebelunya, berkenaan amanat dirapat
raksasa ultah ke-45 PKI di Stadion Utama Senayan, dimana Presiden
Sukarno sekali lagi menandaskan bahwa PPKI adalah "ya sanak ya
kadang, yen mati melu kelangan".
Jelaslah bahwa menentang
Dwan Jenderal pada hakekatnya adalah menentang Jenderal tertentu
yang menjadi kapitalis birokraat, yang dalam prakteknya bersifat
memusuhi Nasakom dan sokoguru-sokoguru
Revolusi.
Saya lebih yakin lagi
akan adanya Dewan Jenderal setelah saya mendapatkan bahan-bahan masa
epilog dari G30S masa epilog merupakan masa "openbaring" atau masa
terbukanya wajah politik yang sesungguhnya daripada Dewan Jenderal.
Dari koran-koran dapaat diketahui bahwa Jenderal AH. Nasution
muncul terang-terangan
dengan kampanye anti komunisnya. Sesungguhnya Presiden Sukarno tiada
jemu-jemunya memberikan indoktrinasi tentang mutlaknya Nasakom bagi
penyelesaian indonesia. Saya mengakui bahwa saya telah melakukan
serentetan kegiatan membantu G30S, jelaslah bahwa G30S bukanlah
suatu pemberontakan, tetapi suatu gerakan pembersihan. Bagaimana
keterangan yuridisnya saya serahkan kepada kuasa hukum
saya.
Kesimpulan:
PKI berada dibalik G30S,
dengan dalih membela presiden soekarno, secara pribadi maupun untuk
mengamankan "REVOLUSI" yang sedang dijalankan Presiden Soekarno.
Peristiwa G30S merupakan puncak dari aksi revolusiatau kudeta PKI di
Indonesia, yang sebelumnya sudah didahului dengan berbagai aksi
kekerasan (pembunuhan) terhadap warga masyarakat diberbagai wilayah
indonesia, yang keberadaan komunis (PKI).
Cuplikan Pengakuan Dr.
Soebandrio Tentang Tragedi Nasional 30
September.
Saat G30S meletus saya
tidak berada dijakarta, saya melaksanakan tugas keliling daerah yang
disebut turba (turun kebawah). Pada
tanggal 28 sept 1965 saya berangkat ke Medan,
Sumatera Uara. Beberapa waktu sebelumnya saya keliling ke Jawa Timur
dan Indonesia Timur.
Pada
tanggal 29 Oktober 1965 pagi hari , Panglima AU Omar Dhani
melaporkan kepada Presiden Soekarno tentang banyaknya pasukan yang
datang dari daerah ke Jakarta. Beberapa waktu sebelumnya saya
melaporkan kepada bung karno adanya sekelompok Dewan Jenderal
-termasuk bocoran dewan Jenderal membentuk
kabinet.
Menurut
Serma Bungkoes (Komandan Peleton Kompi C Bataliyon Kawal Kehormatan)
yang memimpin prajurit penjemputan Mayjen MT Haryono, di militer
tidak ada perintah culik, yang ada adalah tangkap dan hancurkan.
Perintah yang saya terima dari Komandan Resimen Cakrabirawa Tawur
dan Komandan Bataliyon Untung tangkap para jenderal
itu, kata bangkoes setelah ia bebas dari hukuman. Namun MT Haryono
terpaksa dibunuh sebab rombongan pasukan tidak diperkenan-kan masuk
rumah oleh isteri MT Haryono, sang istri
curiga suami dipanggil Presiden kok dinihari. Karena itu pintu rumah
itu didobrak dan MT Haryono tertembak tidak jelas apakah Haryono
Pondok Gede (lubang buaya).
Ada
masa dimana Indonesia lowong kepemimpinan sejak awal oktober 1965
sampai Maret 1966 atau sekitar enam bulan. Bung Karno masih sebagai
Presiden, tapi sudah tidak punya kuasa lagi Bung Karno pada tenggang
waktu itu belum benar-benar sampai ajal politik. Beliau masih punya
pengaruh, baik di Angkatan Bersenjata maupun dikalangan
parpol-parpol besar dan kecil. Para
pemimpin parpol umumnya mendukung Angkatan Darat untuk membasmi PKI,
namun mereka juga mendukung Bung Karno yang mencoba memulihkan
wibawa. Walaupun Bung Karno akrab dengan PKI.
Lantas..mahasiswa melanjutkan demo turun kejalan..satu-satunya tuntutan maha-siswa yang murni
menurut saya adalah bubarkan PKI Setelah ditangkap saya langsung
ditahan, saya diadili di Mahkamah Militer Luar Biasa dengan tuduhan
sub-versi dan dijatuhi hukuman mati. Jelas saya sangat terpukul saat
itu. dari posisi orang orang nomor dua di
Republik ini saya mendadak sontak diadili sebagai penjahat dan
dihukum mati. Saya menjalani awal dipenjara Cimahi Bandung. Disana
berkumpul orang-orang yang senasib dengan saya (dituduh sebagai
penjahat yang terlibat G30S) diantaranya adalah
Kolonel Untung yang memang Komandan G30S. kalau Aidit mendukung pembunuhan anggota Dewan
Jenderal, memang ya dalam suatu saya dengar Aidit mendukung gerakan
pembunuhan anggota jenderal yang dikabarkan akan melakukan kudeta
terhadap Presiden, sebab kalau sampai Presiden terguling oleh
kelompok militer, maka selanjutnya bakal
sulit.
Kesimpulan:
PKI
berada dibalik peristiwa G30S, buktinya kesaksian Menlu Subandrio
yang sekaligus kepala BPI (Badan Pusat Intelejen) mengatakan bahwa
Aidit dan Untung terlibat dalam aksi G30S, dimana kedua orang
tersebut adalah tokoh-tokoh PKI. Tetap dengan dalih yang sama,
seperti pengakuan Nyono, bahwa ada Dewan Jenderal yang berniat
menggulingkan kepemimpinan presiden Soekarno.Namun kalau Nyono jelas
jelas mengatakan bahwa PKI yang membasmi Dewan Jenderal demi
alasannya.
Mewaspadai
Kuda Troya Komunisme Di Era Refromasi. (Drs. Markonina Hatisekar dan
Drs. Akrin Ijani Abadi, Pustaka sarana kajian Jakarta Brat, cetakan
ke 3 maret 2001, hal 116-118) Kegagalan G30S/PKI merupakan pukulan
yang paling telak bagi sejarah perjuangan kaum komunis di
Indonesia. Kehancuran
kekuatan militer G30S/ PKI Kabur. DN Aidit lari ke Jawa Tengah,
Sjam, Pono dan Brigjen Suparjo mundur kebasis camp
didaerah
perkebunan Pondok Gede. Pada taggal 3 Oktober 1965, Sjam dan Pono
menghadap Sudisman untuk memberikan keterangan tentang gagalnya PKI
di Kayu Awet, Rawamangun, Jakarta. Setelah mendengar laporan
tersebut, Sudisman memerintahkan Pono untuk pergi ke Jawa Tengah
untuk melaporkan situasi terahir di Jakarta kepada DN
Aidit.
Pada
hari yang sama, DN Aidit di Jawa Tengah telah memerintahkan Pono
kembali ke Jakarta membawa instruksi
lisan kepada Sudisman dan sepucuk surat kepada Presiden Soekarno.
Instruksi kepada Sudisman adalah agar anggota-angota CC PKI yang
masih ada di Jakarta melakukan upaya penyelamatan partai dan Nyono
dapat mewakili DN. Aidit menghadiri Sidang Kabinet Paripurna di
Bogor pada taggal 8 Oktober 1965. Aidit beralasan, dirinya tidak
dapat menghadiri sidang itu karena tidak adanya transportasi ke
Bogor dari Jawa
Tengah.
Dalam
Sidang Paripurna di Bogor tanggal 8 Oktober 1965, Nyono membacakan
teks yang intinya menyebutkan bahwa bahwa PKI sama sekali tidak
terlibat dalam apa yang disebut gerakan 30 September 1965. Secara
rahasia, beberapa pentolan PKI juga mengadakan rapat yang membahas
serangkaian peristiwa terahir setelah serangkaian G30S
PKI dan melakukan konsolidasi partai. Pada tanggal 12 Oktober 1965,
dirumah Dargo, tokoh PKI Solo, dilakukan rapat gelap antara DN
Aidit, Pono dan Munir (anggota PKI yang baru tiba dari Jawa
Timur). Dalam rapat itu
dikatakan bahwa kegagalan gerakan 30 Sept akan membuka kedok
keterlibatan PKI. Keberadaan PKI untuk melakukan perjuangan secara
parlementer sudah tidak mungkin dilakukan lagi. Munir melakukan
usulan untuk dilakukan gerakan bersen-jata, usulan Munir pada
prinsipnya disetujui oleh peserta rapat. Aidit menugaskan Ponjo
untuk meneliti daerah mana saja yang memungkinkan untuk dijadikan
basis PKI guna melaksanakan perjuangan bersenjata, daerah yang
diusulkan untuk ditinjau adalah: Merapi, Merbabu serta Kabupaten
Boyolali, Semarang dan Klaten.
Belum lagi kegiatan itu
direalisasikan, gerakan pasukan RPKAD telah memasuki kota Solo. Walau PKI
berusaha melawan, namun pada operasi pembersihan yang dilakukan
RPKAD di Boyolali, DN Aidit terbunuh. Kejadian demi kejadian
berlangsung dengan amat cepat. Rakyat sudah tidak percaya lagi pada
PKI. Rakyat bersama-sama dengan mahasiswa dan militer yang masih
setia pada konstitusi negara merapatkan barisan dan bergabung dalam
satu front melawan PKI. Pada ahirnya legalisasi PKI sudak tidak
mampu dipertahankan oleh pengikutnya. Lewat ketetapan MPRS-RI.
NO.XXV/MPRS/1966, PKI dibubarkan dan dinyatakan sebagai organisasi
terlarang di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Bukan itu
saja, lewat ketetapan yang sama, paham Komunis dan Marxis-Leninisme
dinyatakan haram berada di negara Indonesia.
Aksi G30S/PKI Awal Dari
Pelanggaran HAM.
Peristiwa penyiksaan dan
pembunuhan sembilan Jenderal pada 1 Oktober 1965 oleh pasukan
Cakrabirawa yang menjadi bagian dari pasukan komunis Indonesia (PKI)
dan dikenal sebagai Grakan 30 September adalah tanggal pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. "Orang sekarang bicara
pelanggaran HAM, sesung-guhnya titik awal dari pelanggaran HAM
adalah penyiksaan para jenderal. Itu apa yang kami rasakan, kata
putra pahlawan revolusi Mayjen Anumerta Sutijo, Agus Wijoyo, di
Jakarta, Senin (23/9). Pernyataan Wakil Ketua MPR itu disampaikan
saat penjelasan pers rencana peluncuran buku bertajuk kunang-kunang
kebenaran dilangit malam setebal 250 halaman pada tanggal 30
September nanti.
Buku tersebut berisi
penuturan anak-anak dan keluarga Pahlawan Revolusi tentang kejadian
yang disaksikan dan dialami 1 Oktoer dini hari. Penuturan itu
terdiri dari keluarga Jenderal Ahmad Yani, Letjen Purnawirawan
Soeprapto, Letjen Anumerta S. Parman, Mayjen Anumerta D.I.
Penjaitan, Mayjen Anumerta Soetojo Siswomiharjo, Lettu CZI Anumerta
Piere Tendean dan Keluarga AH. Nasution.
Mengeluh
Katerin Penjaitan
mengeluh, dirinya orang tua yang bisa dihargai pengorbanannya,
belakangan mereka seolah-olah dikaburkan, "saya tidak terima. Saya
tahu peritiwa itu, karena bukan anak kecil lagi, waktu itu usia saya
17 tahun" katanya. Menurutnya orang tuanya mati secara sadis. "Kita
sakit mengingat peristiwa itu, komunis memang sadis," katanya dengan
terbata-bata.
Sedangkan Amelia Yani
menyayangkan, para tahanan politik yang keluar dari penjara, enak
sekali bicara bagaimana membunuh para jenderal. Mereka tidak
merasakan bagaimana rasanya putra-putri yang
ditinggalkan.
Ia membantah para
pasukan Cakrabirawa yang tergabung dalam PKI tidak melaku-kan
penyiksaan, orang tua kita diseret, ditembak, mereka bilang seenaknya, itu bukan
penyiksaan tandasnya.
Amelia menyatakan siapa
lagi yang mau membela para Pahlawan Revolusi kalau bukan
anak-anaknya "Kita tidak pakai bedil, hanya pakai pena, kita
menyatakan kudeta, penyiksaan itu terjadi jangan terulang
kembali.
Putra D.I. Penjaitan
mengatakan hal senada, bahwa pasukan PKI sadis, sebagai gambaran,
selongsong peluru mencapai 360 biji yang ditemukan diarea pekarangan
rumah seluas 800 meter pada peristiwa penculikan dan penembakan
ayahandanya, 1 Oktober 1965, sekitar pukul 03.00-04.00 WIB, selain
orang tuanya keponakan ayahnya, Albert Naibab ikut meninggal
ditembak dan Viktor Naibab cacat seumur hidup.
Kunang-kunang
Putri Suprapto, Nani
Indah Sutojo menyatakan peristiwa yang diangkat tidak berkonotasi
politik. Harapannya dengan mengemukakan pengalaman, mata rantai
kekarasan sejarah harus diputus, dibangun mata rantai baru dengan
situasi yang damai dan harmonis. Ia menyadari, rekonstruksi
peristiwa G30S/PKI berdasakan pengalaman keluarga Pahwalawan
Revolusi bukan kesimpulan sejarah, sebab sejarah punya pendekatan,
metode aliran tersendiri yang tidak mati, bisa mengungkap hal baru.
"Itu milik akademisi. Tapi kebenaran yang kami sampaikan adalah
realitas bersama. Kunang-kunang sebagai judul buku bisa jadi dalam
kegelapan ada cahaya baru yang mungkin redup, diganti dengan sejarah
lain," tuturnya. "Kami tidak bermaksud tetap pada tataran
penderitaan, iba, belas kasihan, kami inginkan munculnya harapan
baru pada tingkat kearifan sesuai kemampuan yang bisa kami
sampaikan, tambahnya"
*************** 0 0 0 0
0 0******************
SUMBER : www.wirantaprawira.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar